Selasa, 01 Mei 2012

TERIMA KASIH BAPAK BUPATI



Pada tanggal 13 April 2012, masyarakat Bandur Picak Kecamatan Koto Kampar Hulu menikmati dengan penuh suka cita acara tasyakuran dan peresmian lokal baru Pondok Pesantren Miftahul Mu’arif, Desa Bandur Picak. Kegembiraan itu ditambah lagi dengan hadirnya orang nomor wahid di negeri Serambi Mekkahnya Riau itu, yakni bapak Bupati Kampar, H. Jefri Noer.
Tidak bisa dipungkiri, letak desa Bandur Picak sungguh berada jauh terisolir dari ibukota kabupaten Kampar. Hal ini bisa dibuktikan dengan terdapatnya Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi Sumatera Barat sebagai  batas yang mengelilingi desa tersebut dari sebelah Barat dan Utara .
Jauh dari ibukota pemerintahan adalah salah satu indikasi untuk jauh juga dari pembangunan yang membanggakan. Ini bisa dilihat dengan jalan desa kami yang selalu berlobang dan berlumpur, bahkan kondisi jalan yang seperti ini tidak hanya di desa kami saja, namun telah menjalar ke seluruh kecamatan Koto Kampar Hulu. Yakni, ketika musim hujan datang, air siap membanjiri setiap sudut jalan raya.
 Keadaan ini diperparah lagi dengan lampu PLN yang mengalir di Kecamatan kami pada umumnnya tersendat-sendat alirannya. Bahkan, tidak jarang listrik kami mati seharian total. Kami yang seharusnya dianak emaskan karena sungai yang melintasi desa kami dijadikan waduk pembangunan pembangkit listrik tersebut, malah harus menerima kenyataan untuk dianak tirikan.
Kadatangan bapak Bupati adalah sebuah langkah awal untuk pembangunan yang lebih baik di tempat kami. Kami yakin dan percaya kedatangan bapak kesini, berbaur bersama kami, duduk dan makan bersama kami, adalah salah satu bukti nyata bapak peduli, salah satu tanda bapak mau menyelami keluh-kesah kami.
 Dalam sebuah ceramahnya, Ust Yusuf Mansur pernah mengatakan “Kenapa seseorang enggan untuk bersedekah? Karena dia tidak pernah merasakan miskin”. Kalau kita analogikan kepada sebuah pemerintahan, kenapa para pejabat di pemerintahan pelit dalam  memberikan bantuan? Itu tidak lain dan tidak bukan, karena mereka hanya menunggu dibalik meja. Mereka tidak pernah berbaur dan merasakan rintihan perih masyarakatnya.
Sekarang penentu kebijakan itu telah datang menemui kami, telah menyaksikan lobang dan berlumpurya jalan kami, telah mendengarkan keluhan anak cucu kami, merasakan dan melihat terisolirnya desa kami. Maka, kami yakin pembangunan yang kami idam-idamkan akan segera terwujud.
Terima kasih bapak Bupati, terimah kasih telah datang ke tempat kami, terima kasih telah mendengarkan ratapan nasib kami, terima kasih telah merasakan pedihnya penderitaan kami, terima kasih telah menyelami dan berbaur bersama kami. Semoga dengan bapak melihat langsung kondisi kami, rasa prihatian selalu tergugah untuk memperhatikan nasib kami. 

Ket: Tulisan ini dimuat di Koran Riau Pos pada tanggal 17 April 2012 ( http://www.riaupos.co/opini.php?act=full&id=848&kat=3)

1 komentar: